Senin, 25 Juli 2011

PSIKOLOGI MENGAJI

 
PSIKOLOGI MENGAJI
“The Art Of Teaching”(Basic)

Puji syukur ke hadirat Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan hidayah,iman dan islam kepada kita.Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, para keluarga , shahabat, ulama’ sholihin, para perantara hidayah dan kepada kita umat islam hingga akir zaman.
Pada kesempatan kali ini saya memberi judul “Psikologi Mengaji” yang mungkin belum begitu lazim di dunia psikologi. Meski mungkin ada yang memperdebatkan atau mempermasalahkan itu hanya nama yang  penting aplikasi di dalamnya.
Dalam materi ini, pembahasanya nanti bukan berdasar teori nmaun juga berdasarkan praktek bahkan melalui praktek bahkan melalui proses penelitian. Ini karena dorongan dari beberapa pengamatan dan cerita dari banyak majelis pengajian. Mulai dari, kalau mengaji masih ada yang ngantukan , telatan (terlambat), yang mengajar mbules, mboseni(membosankan) dan sejenisnya. Sehingga kemudian saya tertantang, bagaimana persepsi orang bahwa mengaji itu yang tadinya ngantukan jadi bersemangat , yang telaatan jadi rajin , pengajar yang penyampaianya mbules bisa jadi mantap, yang mboseni bisa jadi menyenangkan.
Pertanyaan saya kepada anda untuk dukung dan praktekan materi ini mulai sekarang dan seterusnya antara lain:
Pernahkah anda berfikir, mengapa jika menonton TV walaupun lama terasa sebentar, namun ketika mengikuti pengajian walaupun sebentar terasa lama?
Mengapa ketika kita menonton bola (khusunya bagi penghobi bola) meskipun sudah larut malam, 90 menit bahkan lebih bisa tetap fit mengikuti , namun ketika mengaji baru 15 menit sudah ngantuk bahkan tidur?
Mengapa jika menonton sinetron bisa menghayati, tapi ketika mengikuti materi pengajian susah menghayati?

KEMEROSOTAN GENERASI MUDA


MENYIKAPI KEMEROSOTAN MORAL GENERASI MUDA MELALUI PENDEKATAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN
 
1.Kenakalan remaja/generasi penerus (juvenile deliquency) bukan merupakan permasalahan yang remeh . Permasalahan  kenakalan remaja dengan bentuk-bentuk yang beragam adalah permasalahan yang urgendan sudah mencapai pada taraf yang memprihatinkan dan perlu penanganansecara serius. Peringatan pun sebetulnya juga sudah diberikan oleh Rasulullahi SAW:
Fainnahu la ya’ti alaikum zamannu illaladzi ba’dahu sarru minnhu qatta tal kou robbakum
Maka seseungguhnya tidaklah datang atas kalian suatu zaman , melainkan zaman mendatang akan lebih jelek kondisinya daripada zaman sebelumnya, sehingga kalian menjumpai Tuhan kalian.
Kenakalan remaja akan semakin sulit untuk ditanggulangi jika perilaku tersebut sudah menjadi budaya dan kebiasaan remaja, atau remaja yang bersangkutan sudah jauh berada di dalam kubanganya kenakalan remaja.
Sebagaimana kita ketahui bahwa akhir-akhir ini begitu banyak berita di media masa yang memberitakan kerusakan moral pada generasi penerus bangsa yang betul-betul mengkhawatirkan. Sebuah keberhasilan yang seharusnya merupakan hasil positif dan seyogjanya dirayakan secara positif pula oleh generasi muda, akan tetapi justru dirayakan dengan cara-cara negatif. Contohnya kelulusan Ujian Nasilonal (positif) tahun ini, di sebuah daerah dirayakan dengan bertelanjang dada (negatif) baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan diberitakan saat setelah pengumuman Ujian Nasional (UN), penjualan kondom meningkat, yang diprediksi banyak dibeli oleh kalangan pelajar yang baru lulus UN. Di beberapa daerah lain diberitakan banyak terjadi tawuran , corat coret bendera merah putih dan lain-lain saat merayakan kelulusan Un tersebut.
Peredaran dan penyelundupan narkoba juga semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Penjara pun juga dijadikan pasar narkoba. Ini menunjukan bahwa penggunanya (demand) tentu juga semakin besar. Menurut catatan sudah lebih dari 4 juta pengguna narkoba aktif di Indonesia yang 78% nya masih pada usia remaja. Data untuk pengguna narkoba di Jawa Tengah , sebagian besar korban berusia antara 15 tahun hingga 24 tahun yang merupakan usia pertumbuhan dan usia produktif. Sedangkan 12% dari jumlah korban narkoba di Jawa Tengah ini masih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Yang lebih mencengangkan, sebanyak 24,5% sampai dengan 53% pengguna narkoba di Indonesia terinfeksi penyakit HIV/AIDS karena menggunakan jarum suntik yang digunakan bergantian secara berulang-ulang yang tidak disadarinya telah mengancam jiwanya.
Seks pra-nikah sering ditafsirkan salah oleh remaja sebagai bentuk kehidupan modern, padahal dampak yang ditimbulkan bisa merusak masa depanya , bahkan dapat mengancam jiwanya. Pada Tahun 2010 di Propinsi Bengkulu terdapat 226 orang pengidap HIV/AIDS baru yang 60% diantaranya terjangkit melalui seks bebas.
Data dari komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak menunjukan:
Perilaku seksual remaja SMP dan SMU.
93,7% Pernah ciuman,petting,oral seks
62,7% Remaja SMP tidak perawan
21,2% Remaja SMU pernah aborsi
97,0% Pernah nonton film porno
Dan lain juga cukup mencengangkan yaitu dari hasil peneliatian di beberapa kota-kota besar di Indonesia sebesar 52% remaja sudah melakukan seks pra-nikah.
Jakarta : 51 %
Bandung : 47 %
Surabaya : 54 %
Medan 52%


Jumat, 22 Juli 2011

-- Terimakasih Buat Ovilia ku Tersayang --

  



Video Ini Aku Buat Spesial Buat Ovilia Ku Tersayang

 
ini gua waktu rambutnya panjang..

ovi with her friend's